Tri
Wahyuni W1,. Dr. Muh. Altin Massinai, MT.Surv2,. Prof. Dahlang Tahir,M.Si,Ph.D3
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan berjudul identifikasi pola penyebaran tipe alterasi di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Jeneberang bagian hulu dengan
menggunakan metode X – Ray Difraction. Alterasi merupakan perubahan mineral maupun komposisi kimia
karena batuan berinteraksi dengan
larutan hidrothermal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
kandungan dan persentase mineral yang terkandung pada batuan dengan menggunakan
metode XRD (X-Ray Difraction) dan pola
penyebaran tipe alterasi di Daerah Aliran Sungai Jeneberang bagian hulu. Adapun
metode penelitian yang dilakukan adalah survei pendahuluan, pengambilan sampel,
dan analisis laboratorium. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada sampel A
merupakan batu diorit dengan kandungan mineral anortit 60.5%, tiazol azol
pirazin 24.3%, neyit 8.2%, dan lantanum
molibeden oksida 7.1% dengan tipe alterasi potasik yang menyebar ke
Barat dari titik pengambilan sampel yang ditandai dengan keberadaan sesar dan
sungai. Sampel B merupakan batu andesit dengan kandungan mineral sanidin 33.7%,
feldspar 29.8%, porpirazinealumuniumklorid 20.7%, dan tricaesium kalsium iron
bis (dipospat) 15.8% dengan tipe alterasi argilik yang menyebar ke Utara dari
titik pengambilan sampel yang ditandai dengan keberadaan sungai yang menjadi
batas sebarannya. Sampel C merupakan batu pasir dengan kandungan mineral
pigeonit 47.9%, feldspar 27.2%, dan cesium disulfat 24.8% dengan tipe alterasi
serpentinisasi yang menyebar ke Tenggara dari titik pengambilan sampel yang
ditandai dengan keberadaan sungai yang menjadi batas sebarannya. Sampel D
merupakan batu basalt dengan kandungan mineral diopsid 53.4%, albit 28.3%,
niokalit 10.2%, dan cesium disulfat 8.2% dengan tipe alterasi serpentinisasi
dan albitik yang menyebar ke Tenggara dari titik pengambilan sampel yang
ditandai dengan keberadaan sesar dan sungai. Sampel E merupakan endapan aluvial
dengan kandungan mineral bitownit 59.7%, sodium barium diferrous (III)
nonafluorid 16.9%, thallium niobium coper selenide 16.4%, dan albit 7.0%. Tipe
alterasi dari sampel batuan tersebut tidak dapat diidentifikasi karena sampel
tersebut bukan berupa singkapan.
Kata
Kunci : Alterasi, DAS Jeneberang, Metode X – Ray
Difraction
Pendahuluan
Sungai Jeneberang mengalir dari bagian timur Gunung
Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang yang kemudian menuju Selat
Makassar. Secara geologis, sungai ini bermula dari formasi Gunungapi Lompobattang
yang kemudian mengalami erupsi. Erupsi ini menyebabkan keluarnya
material-material tertentu dari perut bumi, berupa batu dan abu sampai radius lebih
dari 18 km dan lavanya membanjiri areal sejauh radius 90 km.
Secara
umum, terjadinya mineral dapat terjadi melalui dua tahap yaitu secara primer
dan sekunder. Mineral primer berasal dari hasil pembekuan magma, kristalisasi
larutan, dan metarmofisme, sedangkan mineral sekunder berasal dari hasil
perubahan mineral yang telah ada sebelumnya.
Alterasi merupakan perubahan komposisi mineral batuan
(dalam keadaan padat) karena adanya pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi dan
tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida, atau
sulfida logam. Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan
metamorfisme yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi
batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang
memungkinkan masuknya air meteorik (meteoric water) untuk dapat mengubah
komposisi mineral batuan (Dosen dan Staf Asisten
GSDM, 2013).
Di
sepanjang aliran Sungai Jeneberang hilir, komposisi mineral yang terkandung
pada batuan yaitu Feldspar, Albite, Anorthite, Sanidine, Magnesiocapholite,
Panitite, Pentahydrite, Mereiterite, Potassium manganese (II) polyvanadate,
Enstatite, Anorthoclase, Orthoclase, Iron (III) fluoride hydrate (1/3/.33),
Potassium tectoalumotrisilicate sanidine (Mamudi, 2013).
Oleh
karena itu, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai kandungan mineral
dan persentase komposisi mineral dalam batuan, serta pola penyebaran tipe
alterasi, maka dilakukan penelitian di
sepanjang Daerah Aliran Sungai Jeneberang hulu dengan
metode XRD (X-Ray Difraction) dan data pendukung yaitu XRF (X – Ray Fluorosence).
Metode XRD (X-Ray Difraction) secara
umum digunakan untuk membedakan
antara material yang bersifat kristalit maupun non – kristalit sedangkan XRF (X – Ray
Fluorosence) digunakan untuk menganalisa unsur dalam mineral atau
batuan.
Metodologi
Data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Lokasi pengambilan
sampel dilakukan langsung di 5 titik di sepanjang Daerah Aliran Sungai
Jeneberang berdasarkan survei lapangan dan
penentuan lokasi menggunakan Google
earth dan Global Positioning System
(GPS) yaitu pada koordinat 119o38ʹ46.3ʹʹBT dan 05o19ʹ30.8ʹʹLS, 119o43ʹ3.0ʹʹBT dan 05o21ʹ5.9ʹʹLS, 119o47ʹ50.6ʹʹBT dan 05o17ʹ57.0ʹʹLS, 119o53ʹ14.9ʹʹBT dan 05o18ʹ17.5ʹʹLS, dan 119o48ʹ28.0ʹʹBT dan 05o16ʹ53.1ʹʹLS.
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui lokasi sebaran sampel yang telah
diambil. Jarak
antara titik sampel tidak sama karena mengacu pada peta geologi agar sampel
yang diambil untuk diuji kandungannya mewakili keadaan di lapangan.
Selanjutnya,
analisa laboratorium merupakan tahapan yang cukup
penting untuk mengetahui sifat fisik dan kimiawi batuan yang tidak bisa
dilakukan secara langsung di lapangan. Analisa ini menggunakan berbagai macam
metode dan peralatan terkini. Untuk mengetahui sifat-sifat batuan maka
dilakukan analisis laboratorium sesuai dengan kebutuhan, di antaranya dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah XRD (X-Ray Diffraction) dan data pendukung yaitu data XRF (X – Ray Flurosence).
Hasil
Dan Pembahasan
Karakterisasi XRF
No.
|
Chemical
Composition
|
A
(%)
|
B
(%)
|
C
(%)
|
D
(%)
|
E
(%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Si
Fe
Ca
Al
K
LOI
|
41.4
30.26
17.19
4.00
3.53
3.61
|
52.54
10.22
5.20
5.96
22.29
3.77
|
45.09
12.59
10.86
6.85
18.07
6.54
|
39.16
29.79
19.06
5.22
1.96
4.80
|
44.78
26.18
13.00
6.13
4.28
5.63
|
Karakterisasi XRD
No
|
Sampel
|
Rumus Kimia
|
Nama Mineral
|
(%)
|
Tipe Alterasi
|
1
|
A
|
Al2 Ca O8 Si2
|
Anorthite
|
60.5
|
Potasik
|
C4 N5 S3
|
Tiazol Azol Pirazin
|
24.3
|
Ag2.074 Bi26.38 Cu6 Pb24.54 S68
|
Neyite
|
8.2
|
La2 Mo2
O9
|
Lantanum Molibeden Oksida
|
7.1
|
2
|
B
|
Al1.04 Ca0.04 K0.65 Na0.31 O8 Si2.96
|
Sanidine
|
33.7
|
Argilik
|
Al1.74 Na0.03 O8 Si2.26 Sr0.84
|
Feldspar
|
29.8
|
C16 Al Cl N16 S4
|
Porphyrazinealumuniumchloride
|
20.7
|
Ca Cs3 Fe O14 P4
|
Tricaesium Calcium
Iron Bis (Diphosphate)
|
15.8
|
3
|
C
|
Ca0.107 Fe0.416 Mg0.464 Mn O3 Si
|
Pigeonite
|
47.9
|
Serpentinisasi
|
Al1.9 O8 Si2.1 Sr
|
Feldspar
|
27.2
|
Cs2 O7 S2
|
Cesium Disulfate
|
24.8
|
4
|
D
|
Al0.068 Ca Fe0.008 Mg0.992 O6 Si1.932
|
Diopside
|
53.4
|
Serpentinisasi
Albitik
|
Al Na O8 Si3
|
Albite
|
28.3
|
Ca7 F Nb O17 Si4
|
Niocalite
|
10.2
|
La2 Mo2 O9
|
Cesium Disulfat
|
8.2
|
5
|
E
|
Al7.76 Ca3.44 Na0.56O32 Si8.24
|
Bytownite
|
59.7
|
-
|
Ba F9 Fe2 Na
|
Sodium Barium
Diferrous (III) Nonafluoride
|
16.9
|
Cu Nb2 Se12 Tl3
|
Thallium Niobium
Copper Selenide
|
16.4
|
La2 Mo2 O9
|
Albite
|
7.0
|
Peta Sebaran Alterasi
Kesimpulan
Analisis
kimia XRF menunjukkan bahwa unsur tertinggi adalah
silika, besi,dan kalsium
dalam jumlah besar, dan unsur – unsur lainnya dalam jumlah kecil sedangkan hasil analisis XRD menunjukkan bahwa
persentase tertinggi tiap sampel yaitu mineral
anorthite, sanidine, pigeonite, diopside, and
bytownite.
Tipe alterasi pada sampel A
adalah alterasi potasik yang menyebar ke Barat dari titik pengambilan sampel,
hal ini ditandai dengan keberadaan sesar dan sungai yang menjadi batas
sebarannya. Tipe alterasi pada sampel B adalah alterasi argilik yang menyebar
ke Utara dari titik pengambilan sampel, hal ini ditandai dengan keberadaan
sungai yang menjadi batas sebarannya. Tipe
alterasi pada sampel C adalah alterasi serpentinisasi yang menyebar ke Tenggara dari titik pengambilan
sampel, hal ini ditandai dengan keberadaan sungai yang menjadi batas
sebarannya. Tipe alterasi pada sampel D adalah
alterasi serpentinisasi dan albitik yang menyebar
ke Tenggara dari titik pengambilan sampel, hal ini ditandai dengan keberadaan sesar dan sungai yang menjadi
batas sebarannya. Tipe alterasi pada
sampel E tidak dapat diidentifikasi karena sampel tersebut bukan merupakan
singkapan.
Ucapan
Terima Kasih
Terima kasih kepada
Allah SWT, bapak pembimbing Dr. Muh.
Altin Massinai, MT.Surv dan Prof. Dahlang Tahir, M.Si, Ph.D yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing,memberikan masukan,serta motivasi
kepada penulis, bapak dan ibu penguji yang telah memberi masukan serta saran
kepada penulis, keluarga serta teman-teman yang telah memberi do’a dan semangat
kepada penulis.
Daftar Pustaka
Dosen
dan Staf Asisten GSDM. 2013. Panduan Praktikum Geologi Sumber Daya
Mineral. Yogyakarta: Teknik Geologi UGM.
Grant,
N. M., dan Suryanayana, C. 1998. X-Ray
Diffraction : A Partical Approach. New York: Plennum Press.
Grawira,
Samara. 2011. Tipe Alterasi. Diakses dari geology-pdf.blogspot.com diunduh pada tanggal 18 April 2014 pukul 14.56 WITA.
Malik,
Yakub. 2006. Gunung Api. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi Universitas
Pendidikan Indonesia.
Mamudi,
Wahyuningsih. 2013. Analisis Pola Penyebaran Mineral
Logam Batuan di Aliran Sungai Jeneberang Hilir Menggunakan Metode Xrf (X-Ray Flouresence) – Xrd (X-Ray
Diffraction). Skripsi S1.
Program S1 Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Massinai, dkk. 2013. Inventarisasi
Zona Mineralisasi, Panasbumi dan Batubara di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, Laporan Akhir Pemetaan Geologi Dan Inventarisasi
Sumber Daya Mineral Dan Batubara Perwilayah Kecamatan.
Massinai,
M.A..
2011. Peranan Tektonik Dalam Berkontribusi Membentuk Geomorfologi Wilayah DAS
Jeneberang. Disertasi. Bandung: Teknik Geologi
UNPAD.
Noor,
Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknik Universitas Pakuan.
Ratnasari,
Dina,dkk. 2009. X-Ray Difraction. Surakarta: Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret.
0 komentar:
Posting Komentar